Tourjepang.co.id – Tujuh dekade sejak pertama kali muncul dari kedalaman Samudra Pasifik, sang Raja Monster kembali “menghantui” Tokyo. Kali ini lewat pameran seni besar-besaran di Mori Arts Center Gallery. Bertajuk ‘Godzilla The Art Exhibition’, acara ini berlangsung sampai 29 Juni dan jadi bagian kelima dari seri Godzilla: The Art. Ini juga termasuk salah satu reimajinasi artistik Godzilla paling berani dan ambisius sejauh ini.
Pameran ini pakai pendekatan seni kontemporer buat nunjukin kalau Godzilla bukan cuma karakter film, tapi juga cerminan dari keresahan zaman modern. Ia jadi simbol kehancuran yang berulang tapi juga kelahiran ulang, sekaligus ikon budaya yang terus berevolusi dan bisa nyambung ke berbagai media, generasi, dan budaya. Selain keren, pameran ini juga fun banget buat para fans berat si Gojira maupun yang baru kenal.
Godzilla The Art Exhibition
Table of Contents
Lebih dari Sekadar Film
Sejak debut filmnya tahun 1954, Godzilla udah jadi simbol dari ketegangan budaya dan sejarah. Lahir dari trauma perang nuklir dan terinspirasi oleh uji coba bom hidrogen di dunia nyata, sosok Godzilla awalnya menggambarkan ketakutan Jepang pascaperang. Tapi makin ke sini, karakternya berkembang jadi lebih kompleks. Kadang digambarkan sebagai pelindung, kadang anti-hero, atau bahkan sebagai simbol dari krisis lingkungan.
Di pameran ini, kamu gak akan nemu satu jawaban pasti soal siapa Godzilla itu. Soalnya lebih dari 25 seniman dari Jepang dan luar negeri menampilkan karya dengan interpretasi mereka masing-masing. Ada patung, lukisan, foto, diorama, sampai pertunjukan performans. Nama-nama seperti Tadanori Yokoo, Sachiko Kazama, Kikuji Kawada, TokyoBuild, Pex Pitakpong, dan Tadanobu Asano (yang juga aktor) ikut meramaikan dengan karya orisinal mereka.
Baca juga: Hello Kitty Airport Kini Hadir di Oita Jepang, Destinasi Wajib untuk Pecinta Sanrio
Rasanya Kayak Masuk ke Dunia yang Baru Aja Dihancurkan Godzilla
Desain ruang pameran digarap oleh tim kreatif Cekai, yang sebelumnya pernah terlibat dalam proyek Olimpiade sampai acara TV anak-anak. Begitu masuk, kamu langsung dibawa ke dunia yang seolah-olah udah diratakan oleh Godzilla. Temboknya retak, lantainya pecah, dan suasana ruangannya dibuat penuh kehancuran. Rasanya seperti masuk ke set film, tapi dalam dunia nyata.
Pameran ini dibagi jadi beberapa tema. Di bagian ‘A Collection of the Modern’, pengunjung diajak merenungi Godzilla sebagai refleksi dari kegelisahan, keinginan, dan konflik era sekarang. Ada poster-poster berani, kolase yang nyentrik, dan lukisan yang tampil beda dari biasanya. Semuanya mencerminkan kondisi masyarakat modern yang kompleks dan kadang kontradiktif.
Suara Raungan yang Gak Pernah Mati
Bagian ‘Images and the Eternal Roar’ membahas sisi visual Godzilla. Sachiko Kazama hadir dengan karya cetak kayu yang rumit dan penuh energi. Sementara itu, fotografi abstrak dari Kikuji Kawada menangkap “roh” Godzilla yang seolah hidup di memori kolektif. Meski wujudnya udah dicetak ribuan kali, citra Godzilla tetap terasa relevan dan penuh kekuatan.
Diorama spesial dari Toho Eizo Bijutsu juga jadi salah satu highlight utama pameran ini, ditambah dengan video instalasi yang dibuat khusus untuk acara ini.
Baca juga: Rekomendasi 10 Restoran Unagi (Belut) Terenak di Jepang

Photo: Maki Matsumoto | Haroshi “GODZILLA” TM & © TOHO CO., LTD. © HAROSHI Courtesy of NANZUKA | Roby dwi Antono “Godzi-lab” TM & © TOHO CO., LTD. © Roby Dwi Antono Courtesy of NANZUKA
Godzilla sebagai Kompas Budaya
Menurut kurator Qiuyu Jin, pameran ini bukan tentang mendefinisikan Godzilla secara pasti, tapi lebih ke membuka ruang eksplorasi dan percakapan. Ia menggambarkan dunia seni saat ini seperti labirin tanpa awal dan akhir. Makna baru justru muncul saat kita sendiri yang menelusurinya. Dalam konteks ini, Godzilla bisa jadi penunjuk arah untuk memahami tema-tema seperti ketakutan, perubahan, dan ketahanan.
Karya dari TokyoBuild menambah nuansa menarik dengan menggabungkan arsitektur kota, dunia fantasi, dan efek visual ala film Godzilla. Mereka bekerja sama dengan Toho Eizo Bijutsu buat menciptakan karya yang teknis banget tapi tetap penuh imajinasi. Detailnya super niat, dari ukuran bangunan, tekstur yang menggambarkan usia, sampai pilihan material di tiap skala. Rasanya seperti lihat miniatur film versi museum.
Legenda yang Masih Hidup dan Bernapas Radiasi
Pameran ini berhasil menunjukkan kalau Godzilla itu lebih dari sekadar monster. Ia juga media dan simbol yang terus tumbuh. Raungannya bukan cuma ada di layar lebar, tapi juga di hati para seniman yang terus menghidupkan sosoknya buat zaman dan audiens yang baru.
Mau kamu penggemar film, penikmat seni, atau cuma penasaran dengan salah satu monster paling ikonik di dunia, pameran ini patut banget kamu datangi. Lewat pengalaman ini kita diajak buat mikir ulang, siapa sih sebenarnya Godzilla, dan bakal jadi apa dia selanjutnya?
Godzilla The Art Exhibition berlangsung sampai 29 Juni di Mori Arts Center Gallery, Tokyo.
Baca juga: 6 Alasan Kenapa Kamu Harus ke Kyotographie 2025 di Kyoto!
Ingin tahu informasi menarik lainnya ketika liburan ke Jepang? Jangan lupa follow @tourjepang dan dapatkan info promo, tips & trik, serta destinasi terhits di Jepang!