Tourjepang.co.id – Pada tahun 2025 ini, terdapat banyak sekali pameran seni yang menarik di Jepang. Pameran-pameran tersebut menyoroti banyak hal dalam bidang dan aspek, contohnya seperti kesenian Cutting-Edge hingga bahkan harta karun yang berusia ribuan tahun. Salah satu contoh yang paling menarik adalah seni instalasi suara visioner dari Ryuichi Sakamoto yang dapat Anda saksikan di Museum Seni Kontemporer Tokyo hingga akhir Maret ini. Selain itu, juga terdapat di Museum Mori yang menunjukkan gabungan antara seni tradisional dengan teknologi digital, dan yang tidak kalah menarik adalah Museum Azabudai Hills yang memamerkan karya ekletik Tomokazu Matsuyama.
Selain pameran-pameran di atas, juga terdapat gedung Expo 2025 dari Sou Fujimoto dan perayaan tahun 1920-an oleh Museum Mitsubishi Ichigokan yang akan dimulai pada paruh kedua tahun 2025 ini. Banyaknya pameran seni ini mungkin membuat Anda bingung untuk memilih mengunjungi pameran yang mana saja. Oleh karena itu, pada artikel ini kami akan memberikan 12 rekomendasi pameran seni di Tokyo yang harus Anda kunjungi saat ke Jepang di tahun 2025 ini. Tertarik dengan daftar-daftarnya? Berikut penjelasannya!
12 Rekomendasi Pameran Seni Tokyo di Tahun 2025 yang Dapat Anda Kunjungi
Table of Contents
Pada 2025 ini, Jepang memiliki berbagai macam pameran seni yang sangat menarik untuk disaksikan. Pameran-pameran seni ini banyak terdapat di berbagai penjuru Jepang, dimana yang paling menarik terdapat di Tokyo. Mulai dari pameran seni instalasi suara dari Ryuichi Sakamoto hingga pameran seni yang menampilkan sejarah pada tahun 1920-an di Museum Mitsubishi Ichigokan yang dimulai pada paruh kedua tahun ini, Tokyo memiliki banyak sekali pameran-pameran seni unik yang dapat Anda kunjungi saat ke Jepang. Pada artikel ini kami akan memberikan rekomendasi dari pameran seni yang ada di Tokyo yang menarik untuk Anda kunjungi. Berikut penjelasannya!
1. Pameran Seni dari Ryuichi Sakamoto: “Melihat Suara, Mendengar Waktu”
Seorang komposer, musisi, dan visioner bernama Ryuichi Sakamoto (1953 -2023) telah menjalani karirnya selama lima dekade dan merupakan sebuah bukti nyata dari kejeniusannya yang eklektik, yang dapat dilihat dari album debutnya Thousand Knives pada tahun 1978 hingga karyanya dengan Yellow Magic Orchestra (YMO).
Diselenggarakan di Museum Seni Kontemporer Tokyo di Kiyosumi, pameran untuk mengenang sang musisi ini yang berjudul “Ryuichi Sakamoto: Melihat Suara dan Mendengar Waktu” ini telah dilaksanakan sampai akhir Maret nanti. Pameran ini menawarkan Anda kesempatan untuk menemukan pendekatan inovatif Sakamoto terhadap suara dan ruang. Pameran ini merupakan retrospektif komprehensif pertama dari instalasi suara berskala besar oleh Sakamoto di Jepang, yang menampilkan karya-karya terkenalnya di masa lalu dan karya-karya barunya yang dikonseptualisasikan sebelum kematiannya.
Baca juga: 7 Situs Warisan Dunia Unesco Terbaik di Jepang
Banyak sekali karya-karya yang dipamerkan pada pameran ini, contohnya adalah karya yang dapat mengubah suara menjadi pengalaman tiga dimensi, yang dapat berinsteraksi secara dinamis dengan arsitekstur museum dan ruang di sekitarnya. Pameran “Melihat suara, Mendengar waktu” ini mengajak Anda untuk melihat kembali dampak abadi dari Sakamoto sebagai seniman multidisiplin serta memberikan penghormatan yang mendalam kepada seorang jenius kreatif ini, dimana karyanya terus menginspirasi dan bergema di seluruh dunia.
2. Pameran Hidangan Khas Edo
Museum Seni Memorial Ota yang terletak di Harajuku memberikan kesempatan kepada Anda untuk mengunjungi pameran yang menawarkan makanan lezat dari zaman Edo (1603 – 1868) terdahulu serta eksplorasi dari budaya dan sejarah dari makanan-makanan ini. Pameran ini dilakukan hingga tanggal 26 Januari 2025.
‘Edo Gourmet Dishes‘ atau Pameran Hidangan Khas Edo menyoroti kekayaan gastronomi pada periode itu yang direpresentasikan melalui 90 cetakan ukiyo-e yang ditandatangani oleh para maestro seperti Hokusai, Hiroshige, dan Kuniyoshi. Para seniman ini terkenal akan karya seperti lanskap, karikatur, dan gambar yang unik, dimana karya ini juga termasuk kebiasaan makan mereka.
Pameran ini berfokus pada hidangan yang populer seperti sushi, soba, dan tempura, dimana Anda dapat mengeksplorasi bahan dan bumbu hidangan ini yang digunakan pada zaman itu, termasuk miso, cuka, dan kecap asinnya. Selain itu, pameran ini juga menyajikan beberapa karya seperti Women in Benkei Stripes: Matsuno-zushi karya Utagawa Kuniyoshi, gambaran budaya sushi yang jenaka, dan Famous Places in Edo karya Hiroshige: Amusements While Waiting for the Moon on the Twenty-sixth Night in Takanawa, yang menggambarkan dengan indah peran makan dalam acara kumpul-kumpul sosial pada saat itu.
3. Pameran Kei Imazu: Tanah Air
Seniman dari Yamaguchi, Kei Imazu merupakan seniman yang memiliki kepopuleran yang sangat cepat setelah ia lulus dari Tama Art University pada tahun 2007 silam. Sekarang, ia tinggal dan bekerja di Bandung, Indonesia, dimana ia sangat dikenal dengan tekniknya yang sangat teliti: menggunakan gambar yang diperoleh dari internet, baik dari mahakarya bersejarah hingga foto pribadi, dimana foto tersebut dapat ia buat dalam bentuk sketsa digital di Photoshop yang kemudian dipindahkan dengan cat minyak di atas kanvas.
Hingga 23 Maret tahun ini, Galeri Seni Tokyo Opera City di Hatsudai, akan menggelar pameran tunggal perdana dari seniman yang satu ini yang bernama “Tanah Air”. Yap! Nama dari pameran ini diambil dari Bahasa Indonesia yang mengeksplorasi hubungan mendalam antara seorang seniman dengan dua dunia utamanya. Karya-karya yang dipamerkan mencerminkan pengalaman pribadinya, sejarah dan mitologi Indonesia, serta isu-isu terkait pembangunan perkotaan dan pencemaran lingkungan.
4. Pameran “Mengungkap Misteri Mesir Kuno: dari Museum Brooklyn”
Dari tanggal 26 Januari 2025 ini, Galeri Pusat Seni Mori di Roppongi mengajak Anda dalam perjalanan mengitari mesir kuno yang berisikan banyak sekali mister yang belum terpecahkan. Pameran ini akan menyajikan berbagai macam koleksi dari Mesir kuno yang berasal langsung dari Museum Brooklyn. Sekitar 150 artefak akan dipamerkan, mulai dari patung monumental hingga perhiasan halus, sarkofagus berhias, tembikar, mumi manusia dan hewan, serta papirus berharga.
Akan dipandu oleh ahli mesir kuno bernama Yukinori Kawae, pengunjung akan diajak dalam menjelajahi sejarah tiga milenium utama. Bagian pertama berfokus dalam budaya keseharian masyarakat mesir kuno, bagian kedua berisikan informasi tentang para firaun-firaun kuno, dimana karya-karya ini akan menampilkan dua belas raja ikonik, menelusuri evolusi dinasti dan representasi para penguasa di zaman tersebut. Pada bagian ketiga, Anda akan diajak untuk membahas kepercayaan orang-orang masa tersebut yang berhubungan tentang kehidupan setelah kematian melalui barang-barang yang menunjukkan dewa-dewi yang dipercayai masyarakat tersebut.
5. Pameran Machine Love
Dengan pesatnya perekembangan kecerdasan buata atau AI di zaman sekarang, teknologi terasa semakin mendekati inti kehidupan di hari ini. Termasuk juga Pameran Machine Love di Museum Seni Mori ini, dimana mengeksplorasi dialog konstan antara seni dan teknologi, khususnya yang berkaitan dengan bidang seni komputer dan seni video, yang akan dilaksanakan dari tanggal 13 Februari hingga 8 Juni tahun ini.Pameran ini memperkenalkan karya seni kontemporer yang menggunakan mesin game, AI, dan realitas virtual. Karya-karya ini mengeksplorasi estetika dan bentuk-bentuk baru dari pembuatan gambar dengan memanfaatkan berbagai macam kumpulan data yang ada di ruang digital atau dengan memanfaatkan AI generatif, sebuah teknologi yang menjadi pusat berbagai peluang dan perhatian saat ini.
Baca juga: Japanese Art 7 Pameran Seni Terbaik di Jepang Saat Ini
Pameran ‘Machine Love’ mempertemukan sebelas seniman individu dan satu seniman kolektif. Karya mereka menawarkan interaksi konstan antara dunia digital dan dunia nyata.Pengunjung diundang untuk merenungkan hubungan kompleks antara manusia dan teknologi, baik berupa ikatan yang terbuat dari cinta, empati, kegembiraan, ketakutan, dan kecemasan. Anda juga dapat berpartisipasi dalam debat dengan karakter AI atau mengambil kontroler untuk mencoba game indie.
6. Pameran Joan Miró
Seniman surealis Joan Miró (1893–1983) adalah salah satu seniman paling terkemuka dan produktif di abad ke-20. Pencipta alam semesta yang sangat personal layaknya sebuah mimpi, karyanya berosilasi antara figuratif dan abstraksi liris. Ia meninggalkan karya yang mengesankan: hampir 2.000 lukisan, 5.000 gambar dan kolase, sekitar 500 patung, dan 400 karya keramik.
Lahir di Barcelona, ??Miró telah menunjukkan bakat dan minat dalam seni sejak usia dini. Pada tahun 1920, ia pindah ke Paris di mana ia menjadi dekat dengan Picasso dan menemukan seni Kubisme. Ia mengembangkan bahasa gambar bebas, dekat dengan tulisan otomatis surealis, dan sejak tahun 1930-an memamerkan karyanya di Amerika Serikat, di mana karya-karyanya meraih kesuksesan besar. Dekade-dekade berikutnya ditandai dengan eksperimen dengan teknik-teknik baru, khususnya dalam seni pahat dan ukiran, dan dengan pengakuan besar terhadap lukisan-lukisannya.
Diselenggarakan dari 1 Maret hingga 6 Juli 2025 ini, Pameran Joan Miró di Museum Seni Metropolitan Tokyo merupakan pameran restropektif besar yang membangkitkan kembali seluruh karier sang seniman. Pameran ini membawakan lukisan, karya keramik, dan patung yang menjelajahi kehidupan Miró dari awal kariernya di Catalonia hingga kepindahannya ke Paris. Pameran ini menyoroti eksplorasi konstan sang seniman terhadap bentuk-bentuk ekspresi baru dan dialognya dengan gerakan-gerakan artistik pada masanya.
7. Pameran “Tomokazu Matsuyama: First Last”
Seniman kontemporer Jepang-Amerika Tomokazu Matsuyama berkarya dalam bidang seni lukis, seni patung, dan instalasi. Lahir pada tahun 1976 di Gifu, ia saat ini tinggal dan bekerja di Brooklyn. Karyanya secara organik menggabungkan dan menata ulang berbagai elemen, seperti budaya Asia dan Eropa, era kuno dan modern, serta gaya figuratif dan abstrak. Karyanya mencerminkan pengalaman antarbudayanya dan tanpa lelah mempertanyakan isu-isu kompleks dan terpolarisasi di zaman kita, seperti: perpecahan politik, ketidaksetaraan ekonomi, konflik sosial, paradoks kesetaraan gender, manipulasi media, dan penyebaran disinformasi.
Selama dua puluh tahun berkarir dalam bidang seni, Matsuyama telah menciptakan karya-karya yang mengacu pada berbagai pengaruh budaya dan sejarah, dari seni Jepang periode Edo dan Meiji hingga patung Yunani dan Romawi klasik, lukisan Renaisans Prancis, dan seni pascaperang kontemporer.
Pameran di Galeri Azabudai Hills ini merupakan pameran besar pertama sang seniman di Tokyo. Berlangsung dari 8 Maret hingga 11 Mei, Pameran ‘First Last’ menampilkan sekitar 40 karya (15 di antaranya belum pernah diperlihatkan sebelumnya di Jepang). Pameran ini menampilkan refleksi Matsuyama tentang paradoks masyarakat kontemporer, yang tampaknya mempertahankan keseimbangan yang rapuh melalui perjuangan yang terus-menerus, dimana nama dari pameran ini berasal dari ayat di Alkitab ‘yang terakhir akan menjadi yang pertama, dan yang pertama akan menjadi yang terakhir’.
8. Pameran “Warisan Kuil Zen: Shokoku-ji, Kinkaku-ji dan Ginkaku-ji, Kyoto”

Foto oleh: Properti Budaya Penting “Lukisan Dinding Kuil Rokuon-ji Daishoin, Lukisan Pintu Geser Ruang Pertama, Anggur dan Burung Kecil” Dilukis oleh Ito Jakuchu, Periode Edo, tahun ke-9 era Horeki (1759), dimiliki oleh Kuil Rokuon-ji
Telah berabad-abad lamanya, ajaran Budhism Zen dan institusi yang bergerak di bidangnya telah menjadi katalis bagi penciptaann dan penyebaran seni di Jepang. Banyak biara Zen yang telah membangun koleksi seni yang menakjubkan, yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Hal ini khususnya berlaku untuk Kuil Shokoku di Kyoto, yang memiliki koleksi menarik dan menjadi pusat dari pameran ini.
Diselenggarakan dari 29 Maret hingga 25 Mei tahun ini di University Art Museum, Pameran “Warisan Kuil Zen” ini akan menyajikan peninggalan sejarah yang bernilai seni dari Kuil Shokoku dan beberapa kuil lainnya, seperti Kuil Kinkaku (Paviliun Emas) dan Kuil Ginkaku (Paviliun Perak). Diselenggarakan atas perayaan ke-40 tahun dari Museum Shokokuji Jotenkaku, pameran ini akan memberikan lebih dari 45 Harta Karun Nasional dan beberapa peninggalan sejarah lainnya.
Pameran ini berfokus pada peran penting para tokoh bersejarah sekaligus merinci bagaimana karya-karya yang dipamerkan menjadi bagian dari koleksi biara. Karya ini menelusuri sejarah kuil yang memiliki cerita masa lalu yang kelam saat peperangan, dan juga menyoroti bagaimana cara untuk menjaga kuil ini selama lebib dari enam abad lamanya.
9. Pameran “Tapio Wirkkala: Sang Pemahat Ultima Thule”
Desainer serta pemahat asal Finlandia bernama Topio Wirkkala (1915 – 1985), merupakan tokoh utama dalam desain pasca perang. Dipengaruhi oleh lingkunagn tempat tinggalya di Lapland, sebuah wilayah di bagian utara Finlandia, karyanya mencangkup berbagai bidang, termasuk desain produk, patung, desain grafis, dan arsitekstur. Kejeniusannya dapat dilihat dari hasil karyanya yang memakai berbagai macam bahan, terutama kaca yang membuatnya dikenal secara internasional.
Baca juga: Acara Kuliner Regional Ritz-Carlton, Perkenalkan Kerajinan dan Tradisi Jepang
Karya terpopuler dari Wirkka adalah desain dari vodka di Finlandia dan koleksi gelas dapur “the Ultima Thule” untuk littala. Keduanya adalah karya dari gels yang membutuhkan ribuan jam untuk membuatnya menjadi karya yang unik dan bernilai seni tinggi.
Karya-karya seninya ini dapat Anda pelajari dalam pameran tunggal besar pertamanya di Jepang yang diselanggaran di Galeri Stasiun Tokyo dari tanggal 5 April hingga 15 Juni mendatang. Pameran ini merayakan ulang tahun ke-110 kelahiran Wirkkala dan berfokus pada proses kreatifnya dan lingkungan yang menginspirasinya. Pameran ini menyatukan sekitar 300 karya, termasuk patung kayu lapis yang jarang dipamerkan, objek desain, dan prototipe.
10. Pameran Sou Fujimoto
Dalam berita mengenai perannya sebagai perancang lokasi Expo 2025, Sou Fujimoto adalah seorang arsitek, dimana karyanya mengeksplorasi hubungan antara alam dan arsitektur. Lahir di Hokkaido, ia terinspirasi oleh lanskap alam masa kecilnya dan berupaya memadukan bentuk-bentuk organik ke dalam lingkungan binaan melalui pendekatan yang ia sebut ‘masa depan primitif’.
Proyek perumahan Fujimoto di Jepang, seperti Rumah N, Rumah O, dan Rumah T, serta proyek-proyek internasional seperti Serpentine Gallery Pavilion di London, menggambarkan keinginan untuk mengaburkan batas-batas spasial. Karyanya dicirikan oleh penggunaan bahan-bahan sederhana, seringkali hanya satu per proyek, yang diterapkan dengan cara-cara inovatif untuk menciptakan bentuk-bentuk yang kompleks dan menarik. Keseimbangan antara program yang ditetapkan dan kebebasan perampasan oleh penghuninya merupakan inti dari pendekatannya.
Pameran besar pertama dari Fujimoto di Tokyo akan diselenggarakan di Museum Seni Mori yang mulai dari 2 Juli hingga 9 November 2025 ini. Pameran ini akan menawarkan Anda gambaran menyeluruh tentang perjalanan sang arsitek selama seperempat abad masa hidupnya. Pameran ini menyoroti proyek-proyek seperti Museum & Perpustakaan Musashino Art University , Arbre Blanc di Montpellier, Prancis, House of Music di Budapest, serta lokasi Expo di Yumeshima, Osaka.
11. Pameran Laboratorium Kehidupan dari Aki Sasamoto
Aki Sasamoto, seseorang yang lahir di Kanagawa dan tinggal di Kota New York, memiliki praktik seni yang mengeksplorasi pertunjukan, seni pahat, teri, dan lainnya yang mendukung berbagai macam ide kreatif. Karyanya melibatkan kolaborasi dengan musisi, koreografer, ilmuwan, dan akademisi, dan ia sering mengambil peran ganda: pemeran dan pemahat, tetapi ia juga merupakan seorang profesor dan direktur studi pascasarjana di Departemen Seni Pahat di Yale University.
Dalam karyanya, Sasamoto terus-menerus merefleksikan desain dan konfigurasi patung serta perangkat yang ia gunakan sebagai skor selama pertunjukan improvisasi dalam instalasi imersif. Seperti yang ia gambarkan, proses kreatifnya mirip dengan memancing: ia ‘melempar jaring dan menunggu keselarasan peristiwa yang sempurna’, membiarkan beberapa elemen mengambang sebelum memahami hubungan dengan mengaitkannya dengan referensi yang tampaknya asing.
Berlangsung dari tanggal 23 Agustus hingga 24 November 2025 nanti, Pameran “Laboratorium Kehidupan dari Aki Sakamoto” akan berlangsung di Museum Seni Kontemporer Tokyo, mengeksplorasi interaksi antara kreasi dan seni pertunjukkan pahatan yang menjadi ciri khasnya. Pameran ini menawarkan gambaran menyeluruh tentang perjalanan unik Sasamoto dalam seni pahat dan seni pertunjukan, dimana batas-batas antara kedisiplinannya menjadi kabur demi menciptakan ekspresi hibrida yang kacau agar menjadi lebih memikat.
12. Pameran Kesenian Deco dan Fashion
Pada periode antarperang, timbul sebuah aksi yang mengangkat tinggi dari kebebasan dari para wanita, muncul menjadi era revolusioner pada masa sekarang ini dimana para wanita bebas memberikan pendapat. Pada saat yang sama, gerakan dari Kesenian Deco lahir, yang mulai berkembang pesat selama tahun 1920-an, dimana seni ini berkaitan dengan arsitekstur interior serta furnitur. Dalam konteks inilah, ikon pertama Kesenian Deco lahir: yaitu garçonne, sosok yang menjadi lambang dari Roaring Twenties.
Fashion Kesenian Deco ini dicirikan oleh bentuk-bentuk geometris yang rapi dan bersih, memiliki warna-warna yang terang, dan bahan-bahan yang berkuliatas. Gaun-gaun bermanik dengan bulu-bulu burung menawan, melengkapi isi dari lemari pakaian Kesenian Deco ini, dimana pola-pola grafis menghadirkan sentuhan yang romantis dan memberikan kesan dramatis pada pakaian-pakaian tersebut.
Sebagai bentuk perayaan seratus tahun Pameran Internasional Seni Dekoratif dan Industri Modern 1925 di Paris, Museum Mitsubishi Ichigokan menyelenggarakan pameran ‘Kesenian Deco dan Fashion’ dari 11 Oktober 2025 hingga 25 Januari 2026. Museum ini akan memamerkan sekitar enam puluh busana Kesenian Deco yang ikonik, termasuk gaun malam dari rumah mode besar di Paris seperti Poiret, Chanel, dan Lanvin, serta bebepara lukisan, cetakan, kerajinan tangan, dan karya seni lainnya dari museum Jepang dan negara lainnya.
Baca juga: 10 Hal Menarik yang Harus Kamu Lakukan Selama Bulan Januari di Jepang
Sekian untuk daftar 12 rekomendasi pameran seni di Tokyo pada 2025 yang dapat Anda kunjungi. Bagaimana, apakah Anda tertarik untuk mengunjungi pameran tersebut? Silahkan tinggalkan komentar!
Jangan lupa untuk mengikuti artikel-artikel menarik lainnya dari kami pada link berikut ini!
Ikuti juga kami di Instagram untuk mendapatkan informasi terbaru tentang paket tur ke Jepang dengan harga terbaik di @tourjepang